Mengapa
anak suka berbohong?
Pada dasarnya setiap anak belum mengerti
apa yang dimaksud dengan berbohong, bagi mereka apa yang mereka lakukan
semuanya benar walaupun kadang bagi orangtua merupakan suatu kebohongan. Memang
ada beberapa anak yang sudah mengerti apa itu berbohong namun tetap saja mereka
lakukan, walaupun pada akhirnya mereka akan mendapatkan hukuman atas kebohongan
yang dilakukannya.
Sebenarnya,
bohong adalah kebiasaan yang tidak ada kaitannya dengan usia. Karena itu, anak
balita pun memiliki kemungkinan untuk berkata bohong.
Walaupun
anak masih balita, namun ada kemungkinan bisa berbohong. Sebab, dia memiliki
pemikiran yang lebih cerdas. Bohong lebih disebabkan oleh sifat atau
kepribadian anak. Untuk mengetahui penyebabnya, Anda perlu menganalisis
berdasarkan segala hal yang dikatakan anak. Kebohongan pada anak
kecil biasanya hanya berupa daya khayal anak saja. Sedangkan untuk anak yang
lebih besar berbohong umumnya dilakukan untuk menghindari hukuman.
Penyebabnya lain diantaranya :
1. Anak ingin sesuatu yang hanya dapat dicapainya dengan
berbohong.(dalan Tabloit Nakita, 2010)
Seorang
anak apabila menginginkan sesuatu dari orangtua yang sekiranya permintaan itu
tidak dapat dipenuhi orang tua, maka hal yang sering dilakukan anak untuk
mendapatkan keinginan tersebut dengan cara berbohong . Misalnya anak ingin
menonton televisi namun anak belum mengerjakan tugas atau hal yang diminta
untuk dilakukan, maka anak akan berbohong saat ditanya apakah tugas atau
perkerjaannya sudah dilakukan.
2. Anak melakukan kesalahan dan takut untuk mengakui
kesalahannya karena tidak mau mendapat hukuman.
Setiap
anak pasti takut diberi hukuman, apalagi saat anak melakukan kesalahan yang
nantinya bisa membuat orang tua marah besar. Anak akan berbohong untuk menutupi
kesalahan yang telah dilakukannya. Misalnya anak memecahkan gelas yang baru
dibuat minum di dapur, karena takut kena marah anak berbohong dengan mengatakan
yang menjatuhkan gelas adalah kucing, dan lain-lain.
3. Anak mencari perhatian
dari orang tua.
Orang
tua yang sibuk, sering kurang memperhatikan perkembangan anak-anak mereka.
Padahal setiap detik perkembangan anak sangatlah berarti. Kurangnya perhatian
orang tua inilah yang kadang-kadang yang membuat anak frustasi dan melakukan
kebohongan-kebohongan yang nantinya diharapkan dapat menarik perhatian dan
kasih sayang dari orang tua mereka. Misalnya, anak ingin ditemani dengan kedua orang tuanya dirumah saat
liburan, namun orang tua anak tidak masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga tidak bisa menemani
anak. Anak melakukan kebohongan dengan pura-pura sakit supaya mendapat
perhatian dari orang tua, dan sebagainya.
4. Meniru perilaku orang tua. Karena sering orang tua secara
tidak sadar sudah berbohong dihadapan anak.
Secara
tidak sadar sering kali orang tua melakukan kebohongan dihadapan anak-anak. Hal
ini kurang disadari oleh orang tua bahwa yang mereka lakukan adalah salah,
karena hal tersebut akan ditiru oleh anak secara langsung maupun tidak
langsung. Saat orang tua mengetahui bahwa anak mereka berbohong mereka akan
marah dan menghukum anak-anak. Padahal apa yang dilakukan anak adalah apa yang
sudah dilihat dan dirasakan oleh anak.
Menurut
Aulia Fadhli (2012) mengatakan bahwa perkataan orangtua tidak sejalan dengan
perbuatan dapat ditiru oleh anak. Sebagai manusia tidak mudah memang menjadi
orangtua yang “benar” dan baik. Banyak kasus yang terjadi, misalnya ketika
orangtua didatangi orang yang menagih hutang, karena merasa terdesak, membuat
para orangtua sering memerintahkan anak untuk diam dan tidak memberitahukan
keberadaannya di rumah. Kejadian seperti ini memang hal yang sangat sepele.
Tentu anak akan berfikit dan bertanya-tanya, mengapa orang tua mereka
berbohong, padahal mereka ada di rumah. Hal ini akan berakibat fatal bagi
perkembangan mental anak kelak, sedangkan orangtua tidak sadar pada apa yang
sudah dilakukannya.
5. Fabrications (Berbohong
sebagai fantasi)
Dalam perilaku ini dapat dicontohkan, anak
menceritakan sesuatu hal yang tidak pernah terjadi, atau anak menceritakan
kenyataan yang dilebih-lebihkan. Dimaksutkan anak berkhayal tentang sesuatu yang dianggap
anak menyenangkan dan membahagiakan dalam hidupnya.
Ini biasa terjadi pada anak-anak yang masih
sangat muda, anak-anak ini sangat mudah terpengaruh dengan apa yang dilihat dan
didengarnya sehingga terkadang anak belum bisa membedakan mana yang kenyataan
dan mana yang hanya imajinasi. Bermain dengan cerita fantasi sebenarnya bukanlah
suatu hal yang salah, tapi sebaiknya orangtua memberitahukan anak bahwa semua
itu hanya 'pura-pura' atau tidak nyata. 'Bu aku tadi bisa terbang seperti
superman," begitu contoh anak yang berbohong sebagaifantasi.
6. Wrong accusations
6. Wrong accusations
Contoh dalam perilaku ini
yaitu anak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya. Anak-anak
ini berbohong untuk membela dirinya, menyangkal kesalahan yang dibuatnya. Ada
juga yang meniru perilaku orang lain, berbohong agar diterima oleh kelompok
teman sebaya, atau bahkan juga untuk membuat dirinya tampil baik di hadapan
orang lain.
7. Dorongan untuk berbohong.
Anak yang sering berbohong
lama kelamaan bisa menjadi kebiasaan buruk, sehingga dibutuhkan penanganan yang
lebih serius. Kebanyakan orangtua mulai belajar untuk mengenali sinyal-sinyal
non-verbal yang ditunjukkan saat anak tersebut berbohong. "Bu aku pergi ke
rumah Alex ada belajar kelompok," katanya padahal tujuannya ingin main.
8. Faktor
lingkungan yang mendukung anak untuk berbohong.
Anak yang
suka berbohong, bahkan setiap saat dia selalu berbohong, bisa juga karena
pengaruh buruk dari lingkungan anak. Dimana saudara, teman, tetangga, orangtua
bahkan bisa jadi seluruh anggota keluarga anak suka dan sering melakukan
kebohongan-kebohongan kepada siapapun. Hal ini akan ditiru oleh anak, bahkan
bisa dijadikan anak sebagai kebiasaan dalam pergaulannya.
Dampak perilaku berbohong pada anak:
1.
Anak akan berusaha menutupi
kebohongan yang sudah dilakukan dengan kebohongan yang lain, supaya kebohongan
anak tidak ketahuan.
2.
Anak tidak mendapat
kepercayaan.
3.
Anak akan dihinggapi rasa
bersalah.
4.
Anak akan merasa bahwa
berbohong merupakan solusi yang tepat
ketika anak menghadapi masalah.
Alternatif/srategi
mengatasi anak yang suka berbohong
Orangtua pasti
menginginkan anaknya selalu berkata jujur. Karena kejujuran merupakan salah
satu karakter baik yang harus dimiliki oleh semua orang termasuk anak-anak.
Dengan membiasakan diri untuk selalu berbuat jujur sejak dini, maka nantinya
karakter baik ini akan terus terbawa hingga si anak beranjak dewasa.
Banyak cara yang harus
dilakukan untuk membantu anak yang mengalami masalah dengan berbohong. Dalam
pelaksanaannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus,
sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan anak bisa hilang dengan sendirinya.
Anak tidak perlu dipaksa dengan keras,
namun dengan pelan-pelan dan keteladanan.
Mengatasi anak yang suka berbohong tidak
dengan hukuman fisik, itu tidak menyelesaikan masalah bahkan bisa menambah parah
anak untuk melakukan kebohongan. Hukuman memang kadang bisa membuat anak takut
untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi, namun banyak juga yang justru
membuat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak semakin parah. Menurut Aulia
Fadhli (2012) hukuman fisik merupakan konsep atau paradigma kuno dalam mendidik
anak. Sekarang saatnya anak didik dengan cara yang lebih halus. Ada beberapa
orang yang pendapat mengapa hukuman fisik tidak diperbolehkan. Alasan hukuman
fisik tidak diperbolehkan diantaranya:
1. Anak akan merasa
disakiti, bukan disayangi.
2. Anak menjadi
pendendam, dan akan berbuat hal yang sama kepada saudara terkecilnya untuk
melampiaskan dendamnya.
3. Anak juga
beranggapan kelak saat mendidikanak-anaknya, akan melakukan hal yang sama
dengan yang dialaminya saat ini.
4. Anak akan belajar
bahwa dalam menyelesaikan masalah yang efektif adalah dengan hukuman
fisik/kekerasan.
5. Anak terkondisi dengan ketidakberdayaan yang
dipelajari, karena hukuman fisik hampir tidak bisa dicegah, dilawan atau
diklarifikasi, sehingga anak terbiasa dengan pasrah saat dipukul atau
sebagainya.
6. Menghambat perkembangan
anak, karena anak akan takut berbuat salah.
Akan tetapi ada juga
perilaku-perilaku yang harus mengajarkannya dengan hukuman fisik. Hal ini
dikarenakan orangtua sudah kewalahan menghadapi anak yang berperilaku yang
jelek. Orangtua sudah berusaha untuk menempuh cara tanpa hukuman fisik, namun
cara itu tidak bisa diterapkan pada anak, maka orangtua menempuh cara hukuman
fisik. Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh orang tua saat
melakukan hukuman fisik pada anak:
·
Melakukan hukuman fisik karena tidak ada cara yang
lain.
·
Hukuman jangan berbentuk siksaan fisik yang akan
membuat anak menderita atau cedera.
·
Hukuman harus relevan dengan jenis kesalahan yang
dilakukan anak. Kita bisa menghukum anak untuk melakukan tugasnya sebanyak tiga
kali, sehingga anak dihukum juga belajar.
· Hukuman jangan diberikan saat marah. Karena dengan
marah hukuman akan menyakiti fisik dan mental anak.
·
Hukuman dilakukan
setelah betul-betul diketahui letak kesalahan anak.
· Hukuman harus bisa menjadikan perubahan pada diri
anak, bukan menambah beban anak atau memperparah keadaan anak.
·
Tidak memukul pada bagian-bagian yang menyakitkan
seperti wajah, dada dan kepala.
· Pukulan harus bertahap. Dari yang ringan sampaai
yang agak berat sesuai dengan kesalahan yang dilakukan anak.
·
Tidak boleh memukul anak dibawah umur 10 tahun.
·
Hendaknya orangtua sendiri yang menghukum anak,
jangan menyerahakan hukuman pada orang lain.
Hukuman
yang sepantasnya diberikan kepada anak adalah dengan cara memberi hadiah,
hadiah akan menarik anak untuk melakukan hal yang benar. Namun hadiah juga
tidak boleh dilakukan sering-sering, itu akan menimbulkan kesan bahwa anak
hanya mau melakukan perbuatan yang benar karena ada hadaihnya.
Metode yang bisa
dipergunakan dalam menangani anak yang suka berbohong, diantaranya:
1. Dengan pendekatan.
2. Tauladan atau
contoh perbuatan.
3. Nasehat dan
peringatan.
4. Kasih sayang dan
perhatian.
5. Hadiah dan
hukuman.
Dalam
mengatasi masalah anak yang suka berbohong, tidak bisa hanya orangtua saja
bertanggungjawab/wajib melakukannya. Tetapi lingkungan lainnya juga berperan
dalam pelaksanaan penanganan anak, yaitu lingkungan sekolah dan masyarakat.
Orangtua harus membina hubungan kerjasama dengan keduanya untuk kelangsungan
penanganan anak yang suka berbohong. Apabila hanya pihak keluarga saja yang
mengatasi, itu tidak akan bisa. Karena anak akan melakuan kebohongan di sekolah
maupun di masyarakat.
Strategi
atau cara untuk mengatasi anak yang suka berbohong:
I.
Keluarga
Keluarga adalah
tempat pertama dan utama bagi anak. Tempat pertama karena anak lahir dan
dibesarkan dalam keluarga. Yang utama, karena orangtua bertanggung jawab penuh
terhadap segala pendidikan dan hidup anak. Untuk itu keluarga adalah faktor
terpenting dalam pembentukan sikap dan merilaku anak.
Dalam keluarga, anak
selalu bercermin dengan apa yang dilakukan orang terdekat mereka, yaitu
orangtua. Disaat anak mengalami perilaku yang suka berbohong, orangtua
seharusnya bisa menjadi dokter terhebat dalam menangani anak.
Adapun yang harus
dilakukan orangtua dalam membimbing anak yang suka berbohong:
v Ajarkanlah anak arti dan nilai kejujuran sejak kecil dengan
memberikan contoh dan akibat yang bisa terjadi dari kebohongannya.
v Bila anak ketahuan
berbohong, segera luruskan dan jangan beri kesempatan bagi anak untuk berbohong
lagi.
Tanamkan secara konsisten bahwa berbohong
adalah perilaku yang harus dihindarkan karena dapat merugikan dirinya maupun
orang lain.
Berikan penertian kalau sudah berbohong
anak tidak bisa dipercaya teman, dan teman teman tidak mau bermain lagi dengan
anak. Hal ini akan membuat anak berfikir kalau berbohong itu tidak dibolehkan.
v
Jangan
pernah mencaci ataupun membentak anak karena kebohongannya.
Buatlah pernyataan dan kalimat-kalimat yang baik yang
memberikan kepercayaan kita dan juga pernyataan bahwa hal yang telah
dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Contohnya : "Ibu tahu kamu bukan
seorang pembohong dan seorang yang suka mengambil kepunyaan orang lain, tapi
mengapa kamu mengambil sesuatu yang bukan kepunyaan kamu?" dan seterusnya.
v Sifat anak yang
sensitif, biasanya memerlekan pendekatan secara halus. Saat menegur anak yang
ketahuan sedang berbohong, jangan sampai membuat anak menangis bahkan
menjerit-jerit.
Jika dengan cara yang halus masih belum
bisa membuat anak berhenti berbohong, barulah intensitasnya ditamabah sedikit
demi sedikit. Apalagi anak yang suka melakukan kebohongan berulang-ulang harus
diberi ketegasan.
v
Berikan contoh langsung dari orangtua.
Ketika orangtua melarang anak untuk tidak
berbohong, maka orangtua juga tidak boleh berbohong kepada siapapun. Orangtua
harus berhati-hati terhadap setiap tindakan yang akan mereka lakukan. Anak
belajar banyak dari orangtua, apabila kenyataan yang dihadapi anak bertentangan
dengan apa yang sudah diajatkan orangtua, ini akan berakibat fatal. Hal ini
akan merubah cara dan pola berfikir anak.
“Bagaimana anak akan belajar kejujuran,
bila anak mengetahui orangtuanya berbohong”.
v Jika orangtua
tidak sadar berbohong dan didengar/disaksikan anak, maka segera koreksi dan beritahu
kalau orangtua sedang khilaf dan hal itu tidak perlu untuk ditiru.
v Bila anak terus berbohong dan berfantasi, Anda perlu
menghentikannya dengan cara memberi tahu bahwa mereka harus menjawab dengan
jujur. Selain itu, Anda perlu melatih anak untuk membedakan antara ilusi dan
realita.
v Jangan memarahi anak didepan orang lain. Hal ini akan
menyebabkan anak merasa malu dam minder untuk bertemu dengan orang lain. karena
dengan adanya perasan minder dan malu akan menghambat Perkembangan psikologis anak.
v Ciptakan suasana lingkungan keluarga yang terbuka.
Hal ini akan membuat anak terbuka dan tidak takut untuk
mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada orangtua maupun saudaranya,
sehingga tidak ada hal yang ditutupi oleh anak.
v Penanaman ajaran agama
yang kuat.
Katakan kepada anak, berbohong adalah
perbuatan yang tidak disukai Tuhan, dan apabila anak tidak mengaku, Tuhan pasti
mengetahui. Dengan cara ini anak sekaligus bisa didekatkan denga Tuhan Yang
Maha Kuasa.
v Boleh memberikan
hukuman bila anak melakukan kebohongan tapi yang bersifat mendidik.
Seperti melarang anak menonton film
kesukaan, tidak memberikan komik yang diinginkan anak, tidak mewujudkan
keinginnanya untuk jalan-jalan, dan lain-lain.
II.
Sekolah
Dalam hal ini kerjasama
antara orangtua dengan pihak sekolah sangat diperlukan. Karena sekolah
merupakan lembaga terdekat dengan anak kedua dari keluarga. Sekolah merupakan
tempat melanjutkan pendidikan karakter yang sudah ditanamkan dari rumah atau
keluarga. Disekolah anak ditanamkan nilai-nilai moral yang bisa membuat anak
lebih mengerti arti kebohongan.

III. Masyarakat
Masyarakat merupakan
tempat ketiga setelah rumah/keluarga dan sekolah. Dimana anak berinteraksi
dengan teman sebayanya. Diantara teman sebaya juga dapat mempengaruhi anak
untuk berbuat kebohongan. Namun ada juga teman anak yang berasal dari keluarga
yang menanamkan moral yang tinggi, bisa membantu anak untuk mengatasi perilaku
anak yang suka berbohong.
Masyarakat juga yang kelak
akan menilai perilaku seseorang. Apabila perilaku anak baik maka anak dapat
diterima dalam masyarakat. Namun apabila perilaku anak kurang baik, maka anak
akan ditolak dalam masyarakat.
Kesimpulan:
Berbohong pada anak
merupakan salah satu perilaku yanng menjengkelkan bagi orangtua. Hal itu bisa
disebabkan beberapa hal. Bisa jadi merupakan hal yang wajar, bagian dari
tahapan perkembangan anak, mengimitasi atau meniru orang yang ada disekitarnya
atau untuk mencari perhatian dari orangtua dan orang-orang disekitarnya.
Hendaknya orangtua segera mencari
tahu penyebabnya. Karena berbohong tidak selalu disebabkan oleh kesalahan dari
anak. Jika akibat yang dikarenakan berbohong berdampak besar, orangtua boleh
memberikan sangsi atau hukuman yang tepat pada anak.
Penerapan
peraturan dirumah dengan sikap yang konsisten seluruh anggota keluarga juga
bisa menjadi alternatif cara mengatasi anak yang suka berbohong. Yang tidak
kalah pentingnya yaitu menjalin ikatan emosional yang erat semenjak dini antara
orangtua dengan anak, sehingga anak bisamenjaga hubungan yang positif dengan
orangtua hingga dewasa.
Saran:
Disarankan bagi orangtua untuk bisa menanamkan
nilai-niali moral yang kuat pada anak, sehingga perilaku anak suka berbohong
tidak terbawa sampai dewasa, agar tidak menjadi suatu kebiasaan atau habit,
karena akan mempengaruhi hubungan dengan masyarakat.
"SEMOGA BERMANFAAT "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar